WALI SONGO

"Walisongo" berarti sembilan orang wali. Mereka adalah Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Dradjad, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, serta Sunan Gunung Jati. Mereka tidak hidup pada saat yang persis bersamaan. Namun satu sama lain mempunyai keterkaitan erat, bila tidak dalam ikatan darah juga dalam hubungan guru-murid.

Maulana Malik Ibrahim adalah yang tertua. Sunan Ampel adalah anak Maulana Malik Ibrahim. Sunan Giri adalah keponakan Maulana Malik Ibrahim yang berarti juga sepupu Sunan Ampel. Sunan Bonang dan Sunan Drajad adalah anak Sunan Ampel. Sunan Kalijaga merupakan sahabat sekaligus murid Sunan Bonang. Sunan Muria anak Sunan Kalijaga. Sunan Kudus murid Sunan Kalijaga. Sunan Gunung Jati adalah sahabat para Sunan lain, kecuali Maulana Malik Ibrahim yang lebih dahulu meninggal.

Mereka tinggal di pantai utara Jawa dari awal abad 15 hingga pertengahan abad 16, di tiga wilayah penting. Yakni Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, serta Cirebon di Jawa Barat. Mereka adalah para intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya. Mereka mengenalkan berbagai bentuk peradaban baru: mulai dari kesehatan, bercocok tanam, niaga, kebudayaan dan kesenian, kemasyarakatan hingga pemerintahan.

Pesantren Ampel Denta dan Giri adalah dua institusi pendidikan paling penting di masa itu. Dari Giri, peradaban Islam berkembang ke seluruh wilayah timur Nusantara. Sunan Giri dan Sunan Gunung Jati bukan hanya ulama, namun juga pemimpin pemerintahan. Sunan Giri, Bonang, Kalijaga, dan Kudus adalah kreator karya seni yang pengaruhnya masih terasa hingga sekarang. Sedangkan Sunan Muria adalah pendamping sejati kaum jelata.

Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia. Khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat "sembilan wali" ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.

Masing-masing tokoh tersebut mempunyai peran yang unik dalam penyebaran Islam. Mulai dari Maulana Malik Ibrahim yang menempatkan diri sebagai "tabib" bagi Kerajaan Hindu Majapahit; Sunan Giri yang disebut para kolonialis sebagai "paus dari Timur" hingga Sunan Kalijaga yang mencipta karya kesenian dengan menggunakan nuansa yang dapat dipahami masyarakat Jawa -yakni nuansa Hindu dan Budha

(Sumber: www.pesantren.net)


INFORMASI

DI BUKA
PENDAFTARAN ANGGOTA BARU

PASKIBRA PUSAKA 114

FUTSAL

MARCING BAND

MTS NEGERI CIBINONG
AYO SEGERA DAFTARKAN

HISTORI DAN MOTIVASI

Adikku dalam memahami suatu ilmu pengetahuan tertentu perlu adanya perjuangan yang tidak sedikit baik moril maupun materil sehingga nilai-nilai itu rasanya kecil bila sudah terasa manpaat dari perjuangan itu.

Modal lain yang harus dimiliki oleh setiap individu dalam preses memahami pengetahuan adanya ruh dari diri sendiri(semangat) untuk meningkatkan kemampuan diri .

Kita perhatikan lingkungan sekitar (lingkungan sekolah) nampaknya hal yang langka teman teman kita diwaktu istirahat, dibawah pohon mangga atau tempat lain untuk budaya baca buku pada hal baca merupakan kunci untuk mengetahui dari segala pengetahuan (matematika,IPA ,sosial atau religi termasuk IT( ilmu teknologi).

Dengan ini kami mengajak mari evaluasi ,introspeksi dan memperbaiki suasana dengan sering berkunjung ke perpus bawa dan baca buku pada setiap kesempatan dengan demikian insyaAllah dua tiga tahun kedepan akan adanya pembiasaan /budaya baca akan teaplikasi, kemudian perlu juga penguasaan IT baik tingkat dasar sehingga dafat menciptakan /merakitsndiri cumputer bukan merupakan yang sulit asalkan ada kemauan dan kemampuan dari individu.

Adikku sudah kami rasakan kehidupan yang pana ini, penyesalan yang ada kenapa masa itu kami lupa kepada tugas ku sebagai pelajar yaitu baca,,,,baca ,,,,dan baca buku, ,,,aktif,,, aktif ,,,aktif di organisasi padahal peluang itu banyak sekali, kemampuan/keterampilan yang kita miliki/ keterampilan itu tidak langsung kita miliki namun perlu adanya proses latihan yang sangat panjang....

Insyaallah Visi dan missi menjdikan sekolah terdepan dalam prestasi dan santun dalam prilaku akan terwujud dengan adanya niat dan kemauan dan kemampuan dari yang terkait dalam lembaga tersebut.

Adikku...yuk kita baca,,,baca buku ok deh 1x10 lebih baik dari 10 x1 maksudnya 1 buku mari kita baca 10 kali dari pada 10 buku dibaca 1 x hendak menjelang ujian saja, ia kan,,, itu ynag sering kita lakukan... ia ka,,,dalam hati he..he he.

PERLOMBAAN ANTAR PENGGALANG(LAGA) KE 3 MTSN CIBINONG 2009

SALAM PRAMUKA !!!

Kami anggota gerakan pramuka madrasah tsanawiah negeri cibinong talah mengadakan lomba antar penggalang (LAGA) tingkat SD dan MI yang ke III tahun 2009, yang bertepatan pada tanggal lahirnya bapak pandu sedunia BADEN POWWEL, yaitu tanggal 22 Februari.

Dilihat dari persiapan panitia terlihat kekompakan dan semangat kerja yang tinggi. Maka tak heran jika acara LAGA III 2009 berjalan dengan lancar.
Meskipun jumlah peserta lomba tidak terbilang banyak, namun kami melihat kualitas yang tinggi disetiap pangkalan.
Dari setiap cabang perlombaan, sangat terlihat daya kreasi dan kekompakkan setiap peserta.
Sehingga kami sabagai panitia sangat antusias dalam menentukan penilaian.

Berikut data hasil pemenang

Juara umum putra : MI Al-Hidayah, Tajur
Juara umum putri : MI Al-Hidayah, Tajur

Kami mengucapakan SELAMAT bagi para pemenang LAGA III 2009 dan jangan berkecil hati bagi peserta yang belum berhasil, karena insyaallah ditahun depan kami akan mengadakan kembali dan maaf apabila masih banyak kekurangan baik secara tehnik maupun non tehnik.

OLIMPIADE SAINS DAN MATEMATIKA

Olimpiade Sains dan Matematika tingkat MTs se-KKM III MTs Negeri Cibinong diselenggarakan dalam rangka menciptakan ajang kompetisi siswa-siswa MTs di bidang Sains dan Matematika. Hal ini dimaksukan sebagai satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan terutama melalui event tersebut. menurut penjaga gawang ivent tersebut pa Tri, bahwa ajang olimpiade cukup menantang karena diikuti oleh siswa-siswa MTs se KKM III yang memang berkompeten dan mampu. Dari kegiatan tersebut, dicari jago-jago yang memang berkwalitas untuk maju ke tingkat MK2MTs Kab. Bogor, Provinsi dan Nasional. Satu hal yang patut dibanggakan, melalui ajang tersebut terpilih sebagai jago-jagonya adalah siswa MTs Negeri Cibinong, yakni Fikri Muhammad untuk Matematuka dan Nadia untuk Sains. Oke kita berikan selamat dan terus kita dorong sehingga siswa kita bisa melaju sampai tingkat Provinsi. Mudah-mudahan !

Satu Anak Satu Laptop


“Ini adalah proyek pendidikan, bukan proyek laptop.”

Misi
Hampir semua dari dua-milyar anak-anak di negara yang sedang berkembang pendidikannya adalah kurang, atau tidak menerima pendidikan sama sekali. Satu antara tiga tidak lulus kelas lima SD.

MissionKonsekwensi individu dan sosial oleh krisis global ini adalah sangat signifikan (profound). Anak-anak terikat di dalam kemiskinan dan isolasi — seperti orang tuanya — dan tidak pernah tahu pengaruh kehidupan mereka yang dapat menjadi dari "the light of learning" (sinar pendidikan). Selama ini, pemerintah-pemerintah mereka berjuang untuk berkompetisi di dunia global dan ekonomi informasi global yang cepat merubah, yang dibeban oleh "urban underclass" (masyarakat kota) yang terus meningkat dan tidak dapat mandiri, maupun berkontribusi, karena mereka tidak mempunyai alat-alat untuk melakukan itu.

Ini sudah waktu untuk memikir ulang rumusnya.
Dengan sumber-sumber yang negara perkembang dapat mengalokasikan ke pendidikan kadang-kadang ada dibawah $20/tahun/siswa-siswi, dibanding dengan kira-kira $7500/siswa-siswi/tahun di A.S. — walapun alokasi ke pendidikan tradisional dilipad dua atau empat kali, dan dibantu oleh dana dari luar dan sumber swasta, masih tidak akan berhasil mengatasi masalahnya. Apa lagi, dari pengalaman bahwa kelihatannya "incremental increase" peningkatan gradual hal-hal pendidikan yang biasa, bangun sekolah, angkat guru, beli buku dan peralatan yang memang baik, ini adalah response yang kurang terhadap masalah membawa kesempatan-kesempatan pelajaran yang luas ke anak-anak yang bermilyadan di dunia perkembang.

Kalau berdiri dan tidak maju ini adalah sama dengan mundur.
Anak-anak bangsa adalah sumber alam yang paling terhargai. Kami percaya bahwa negara-negara yang sedang berkembang harus "leverage" menggunakan sumber ini oleh kemampuan untuk "tapping into" menggunakan kapasitas alami anak-anak untuk belajar, membagi, dan berkreatif secara mandiri. Jawaban kami untuk tantangan ini adalah XO laptop, komputer yang dirancang untuk “belajar belajar”.

XO mengintegrasikan "theories of constructionism" yang pertama di bangunkan oleh MIT Media Lab Professor Seymour Papert tahun 1960an, dan later dilanjutkan oleh Alan Kay, dilengkapi dengan prinsip-prinsip terinci oleh Nicholas Negroponte di bukunya, "Being Digital".

Validation"Sudah dites di lapangan secara luas dan divalidasikan di antara masyarakat-masyarakat yang termasuk yang paling miskin dan terisolasi di dunia, "constructionism" menekan bahwa yang Papert sebut “belajar belajar” adalah pengalaman pendidikan dasar. Sebuah komputer dapat enabel secara unik "belajar belajar" karena memberi kesempatan ke anak-anak untuk “berpikir mengenai pikiran”, secara yang tidak mungkin dengan cara lain. Mereka menggunakan komputer XO sebagai jendela ke dunia, sambil sebagai alat yang sangat dapat diprogram untuk membuka dunia, anak-anak di negara yang sedang berkembang akan membuka pengetahuan yang luas dan kreativitas mereka sendiri dan potensi untuk "problem-solving".

OLPC bukan, di harti, program teknologi, dan XO juga tidak sebagai produk di dalam arti produk secara konvensional. OLPC adalah organisasi "non-profit" yang menyediakan "means to an end" solusi yang dapat melihat anak-anak di daerah yang sangat terisolasi di dunia diberikan kesempatan untuk menggunakan dan meningkatkan potensi mereka sendiri, dan mengakses dunia idea-idea dari seluruh dunia, dan berkontribusi untuk membuat dunia yang lebih produktif dan sehat mental.

DANA BOS UNTUK TINGKATKAN MUTU

KUPANG, SPIRIT-Ketua Tim Managemen BOS Propinsi NTT, Drs. Alo Min, menegaskan, dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) tidak saja bertujuan menyukseskan program wajib belajar 9 tahun tetapi untuk peningkatan mutu sekolah.

Alo Min mengatakan hal ini kepada SPIRIT NTT di ruang kerjanya, Kamis (16/10/2008). Dana BOS yang ada, katanya, juga dapat digunakan untuk berbagai kepentingan dalam rangka mendongkrak peningkatan mutu pendidikan. Misalnya, sekolah bisa membuat remedial atau memprogramkan les tambahan untuk para siswa.

"Termasuk juga berlangganan koran merupakan bagian dari upaya untuk memberikan kesempatan kepada sekolah agar bisa mengakses informasi sebanyak mungkin sehingga sekolah di pedalaman bisa mengikuti perkembangan secara global," ujarnya.

"Selain buku mata pelajaran, guru juga bisa mendapatkan buku referensi lain. Sekolah juga harus bisa berlangganan koran. Tujuan berlangganan koran adalah peningkatan mutu," ujarnya.

Selain itu, nomenklatur BOS sekarang akan berubah menjadi BOS KITA. KITA (Knoledge; Inprufment; Transparansi; Akuntabel). Menurutnya, sistim pengelolaan pun berubah. Nantinya, dana BOS KITA tidak saja dikelola kepala sekolah tetapi pengelolaannya harus menyertakan seorang lagi dari unsur komite. Itu berarti, orangtua siswa terwakili. "Jadi, orangtua murid langsung terwakili dalam mengelola dana BOS. Semuanya bisa saling mengontrol tentang pengelolaannya," ujarnya.

Berkaitan dengan perubahan nomenklatur, maka dana BOS KITA tidak saja untuk memperluas akses tetapi juga untuk peningkatan mutu. Dengan demikian, katanya, dana BOS akan menjadi perhatian dari sejumlah pihak. Sekolah tidak boleh main- main lagi dalam mengelola dana karena bisa dievaluasi oleh tim. Oleh karena itu, sekolah harus bisa merespons hal seperti ini. "Jangan dana BOS ada di sekolah tetapi mutu kelulusan tetap turun. Ini sudah tidak benar lagi," tegasnya.

Berikutnya nanti, demikian Alo Min, akan dapat terpantau dengan cermat berapa sebenarnya siswa sekolah gratis dan berapa sekolah yang masih memungut dari orangtua murid. Artinya, semua bisa terukur.

Hal lain yang perlu dicermati, katanya, sekarang sekolah mempunyai anggaran sendiri dan rencana sendiri. Oleh karena itu, maka perlu mengontrol penggunaan dana. Kepala sekolah, dalam hal ini harus berbangga karena ada yang mengontrol kegiatan di sekolah. Selama ini, ada kepala sekolah yang mengatakan urusan dana BOS rahasia kepala sekolah. "Itu tidak benar sama sekali. Dana BOS harus diketahui semua unsur di sekolah," ujarnya.

Semua itu, tambahnya, mencerminkan bahwa masih ada kepala sekolah kita yang rendah kemampuan managerialnya. Oleh karena itu, mereka perlu mendapat pelatihan soal bagaimana penerapan managemen; pengelolaan pembelajaran; dan pengelolaan peran serta masyarakat.

UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 pasal 51 ayat 1 dan 2 telah mengatur tentang managemen berbasis sekolah (MBS). Dengan demikian, pemerintah kabupaten/kota harus menyiapkan dana untuk pelatihan managemen. Selama ini ada sembilan kewenangan yang telah diserahkan ke sekolah. Di antaranya soal tenaga; kurikulum; sarana dan prasarana; keuangan; dan metode.

"Semua ini juga bisa berjalan kalau ada pelatihan untuk kepala sekolah. Kalau pelatihan kurang, maka akan sangat susah. Soal keuangan misalnya, banyak kepala sekolah tidak pernah belajar sehingga harus mendapat pelatihan. Semua itu harus ditopang oleh managemen yang baik," ujarnya.*


BOS KITA HARUS TRANPARAN

SADAR atau tidak, masalah kepemimpinan sebenarnya salah satu faktor penghambat kemajuan pembangunan. Demikian juga dengan pengelolaan komunitas sekolah. Otonomi pendidikan memberi beban tambahan kepada seorang kepala sekolah. Namun, kepala sekolah tampaknya belum maksimal untuk menjadi pemimpin, baru mengarah ke kepala sekolah. Idealnya, seorang kepala sekolah bisa memimpin sekolahnya.

Ini ada kaitannya dengan pengelolaan sekolah yang berbicara tentang Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). MBS merupakan implementasi dari UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, pasal 51 ayat (1) dan ayat (2).


Kalau seorang kepala sekolah tampil sebagai seorang pemimpin, maka dengan sendirinya tercermin dari apa yang terlihat dalam kehidupan sehari-hari di sekolah. Kalau kepala sekolah mampu memberi dorongan, mampu membangun komunikasi yang baik, mampu memotivasi guru dan lain-lain, maka yang bersangkutan telah mempraktikkan kepemimpinan dalam arti sebenarnya. Pertanyaannya, apakah benar saat ini para kepala sekolah telah menjadi pemimpin di sekolah atau tetap menjadi kepala? Kalau memang prinsip manajemen belum terlihat, maka semua kepala sekolah harus menyadari aspek penting dari kepemimpinan saat dipercayakan menjadi kepala sekolah.

Ketua Tim Manajemen BOS Propinsi NTT, Alo Min, yang ditemui di rumahnya, Sabtu (22/11/2008), mengakui keadaan seperti itu. "Kita tidak bisa keluar dari kenyataan ini. Orang masih beranggapan seperti itu," ujar Alo Min.
Agar segala sesuatunya berjalan normal, maka sebaiknya semua pihak mengambil bagian dalam mengkaji persoalan itu. Tim Manajemen BOS Propinsi NTT saat melakukan monitoring penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) KITA selalu menguraikan masalah kepemimpinan sekolah.

"Kalau orang mengatakan kepemimpinan seorang kepala sekolah menjadi penghambat, maka mungkin benar juga. Oleh karena itu, kepala sekolah mau tidak mau harus mendapat pelatihan khusus soal kepemimpinan," ujar Min.

Dikatakannya, selama ini pengangkatan kepala sekolah ada yang terkesan dipaksakan. Nantinya, mereka ini bisa menjadi sumber masalah di sekolah. Guru- guru lain bisa menjadi rival berat di sekolah hanya karena masalah sepele. Kalau seorang kepala sekolah tidak mengerti tentang kepemimpinan, maka persoalan akan benar-benar rumit dan tidak terkendali. Buntutnya, kecurigaan akan terus berjalan dan proses belajar-mengajar menjadi terhambat.

Katanya, desentralisasi dalam bidang pendidikan mencakup semua hal, termasuk pengelolaan keuangan. Celakanya, cukup banyak uang masuk ke sekolah dan butuh kearifan seorang kepala sekolah menanganinya. Saat pengelolaan berlaku secara terbuka, maka sekolah pasti aman-aman saja. Tetapi saat tidak transparan, maka muncul masalah. Terkadang saling lapor dan sebagainya.

Perlu diingatkan, soal kepemimpinan bukan hanya ditujukan kepada kepala sekolah. Seorang guru pun menjadi pemimpin manakala ia mengajar di kelas. Intinya, dalam pengelolaan sekolah proses pembelajaran harus ada. Apalagi dalam konteks perubahan paradigma pendidikan dari pengajaran kepada pembelajaran.
Proses pembelajaran akan terlihat manakala tercipta apa yang dinamakan sebagai suasana menyenangkan di sekolah. Semua pihak menghargai perbedaan antara guru dan murid sebagai agen pembaharuan.

"Perubahan akan terjadi kalau para guru juga mengerti dengan paradigma pendidikan. Guru jangan sampai tetap ketinggalan dalam cara berpikir lama," ujarnya.

Persoalan kepemimpinan, kata dia, sudah ada pelatihan dari sejumlah NGO, seperti Unicef, AusAID dan sebagainya. Namun pelatihan tersebut baru mencakup sekitar 30 hinga 40 persen kepala sekolah. Sedangkan sebagian besar masih tertinggal jauh dari harapan. Dinas P dan K harus mengedepankan program replikasi, artinya sekolah wajib menerapkan MBS.

Semua persoalan tersebut di atas hanya akan terselesaikan manakala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan menyiapkan dana khusus untuk pelatihan kepala sekolah. Pelatihan sekali saja pasti tidak membawa dampak apa-apa.*



Bank Dunia Mendukung Peningkatan Program Pendidikan yang Sukses (Siaran Pers)




juga tersedia di: English
Series #:2009/107/EAP


Contacts:

In Jakarta:Randy Salim

Tel: + (62 21) 5299-3259

rsalim1@worldbank.org

In Washington: Mohamad Al-Arief

(202) 458-5964

malarief@worldbank.org

Washington DC, 7 Oktober 2008 - Dewan Direksi Eksekutif Bank Dunia hari ini menyetujui sebuah proyek juta yang ditujukan untuk mendukung dan meningkatkan program pendidikan Pemerintah Indonesia. BOS-KITA (Bantuan Operasional Sekolah - Knowledge Improvement for Transparency and Accountability) mengembangkan keberhasilan BOS - program Pemerintah untuk meningkatkan akses ke pendidikan berkualitas bagi semua anak berusia 7 sampai 15. BOS-KITA dirancang untuk memperkuat pengelolaan berbasis sekolah dan partisipasi masyarakat sehingga semakin meningkatkan kualitas belanja pendidikan di Indonesia.

“BOS merupakan contoh sempurna mengenai bagaimana upaya yang dipimpin pemerintah untuk meningkatkan pengeluaran publik dan mendorong perubahan kelembagaan di negara berpendapatan menengah yang dinamis seperti Indonesia bisa sukses,” ujar Joachim von Amsberg, Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia. “Dengan BOS-KITA, Bank Dunia memperkuat keberhasilan ini dengan membantu membiayai kegiatan yang meningkatkan kualitas pendidikan, misalnya pelatihan untuk para guru dan lebih banyak bahan pengajaran. Investasi ini mencerminkan pendekatan baru Bank Dunia: sebagai ganti pembiayaan proyek lepas, tujuan kami adalah memberikan pembiayaan bersama untuk program berjalan prioritas pemerintah dan membantu meningkatkan kualitasnya.”

Dalam dua tahun mendatang, BOS-KITA akan membiayai sampai sebesar US$600 juta untuk program BOS pemerintah senilai lebih dari US$2 miliar. BOS-KITA juga akan digunakan untuk menyediakan sebagian hibah BOS Pemerintah yang diberikan kepada sekolah dasar dan menengah pertama swasta melalui Departemen Pendidikan Nasional. Program ini mendukung komitmen Pemerintah atas pengelolaan berbasis sekolah dengan memperkuat komite sekolah, terutama dalam perencanaan dan pengawasan pengeluaran BOS.

“Elemen utama keberhasilan BOS-KITA adalah transparansi: rencana tahunan untuk penggunaan dana BOS dan laporan pengeluaran kuartalan akan dipasang secara terbuka pada papan pengumuman sekolah,” ujar Joachim von Amsberg. “Program ini mereplikasi salah satu pelajaran terpenting yang dipelajari dari mekanisme pengembangan masyarakat - tekanan sosial dari masyarakat setempat yang memiliki informasi dapat menjadi pengaruh positif dalam mengurangi korupsi dan penyalahgunaan dana.”

BOS-KITA juga menjadi dasar untuk pendekatan di sektor pendidikan. Dengan bekerja bersama Komisi Eropa dan Pemerintah Belanda, Bank Dunia berupaya untuk mengembangkan kapasitas dalam pengelolaan sistem keuangan dan informasi di tingkat kabupaten dan sekolah di 50 kabupaten untuk memperkuat sistem pendidikan desentralisasi. Bank Dunia juga mendukung Pemerintah dalam mempersiapkan program reformasi pendidikan dasar yang disebut Systems Improvement through Sector Wide Approach (SISWA), yang akan menyediakan hibah berdasarkan kinerja ke kabupaten-kabupaten.

Untuk mempelajari lebih lanjut mengenai dukungan Bank Dunia untuk Indonesia, kunjungi: www.worldbank.org/indonesia




juga tersedia di: English
Series #:2009/107/EAP


Contacts:

In Jakarta:Randy Salim

Tel: + (62 21) 5299-3259

rsalim1@worldbank.org

In Washington: Mohamad Al-Arief

(202) 458-5964

malarief@worldbank.org

Washington DC, 7 Oktober 2008 - Dewan Direksi Eksekutif Bank Dunia hari ini menyetujui sebuah proyek juta yang ditujukan untuk mendukung dan meningkatkan program pendidikan Pemerintah Indonesia. BOS-KITA (Bantuan Operasional Sekolah - Knowledge Improvement for Transparency and Accountability) mengembangkan keberhasilan BOS - program Pemerintah untuk meningkatkan akses ke pendidikan berkualitas bagi semua anak berusia 7 sampai 15. BOS-KITA dirancang untuk memperkuat pengelolaan berbasis sekolah dan partisipasi masyarakat sehingga semakin meningkatkan kualitas belanja pendidikan di Indonesia.

“BOS merupakan contoh sempurna mengenai bagaimana upaya yang dipimpin pemerintah untuk meningkatkan pengeluaran publik dan mendorong perubahan kelembagaan di negara berpendapatan menengah yang dinamis seperti Indonesia bisa sukses,” ujar Joachim von Amsberg, Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia. “Dengan BOS-KITA, Bank Dunia memperkuat keberhasilan ini dengan membantu membiayai kegiatan yang meningkatkan kualitas pendidikan, misalnya pelatihan untuk para guru dan lebih banyak bahan pengajaran. Investasi ini mencerminkan pendekatan baru Bank Dunia: sebagai ganti pembiayaan proyek lepas, tujuan kami adalah memberikan pembiayaan bersama untuk program berjalan prioritas pemerintah dan membantu meningkatkan kualitasnya.”

Dalam dua tahun mendatang, BOS-KITA akan membiayai sampai sebesar US$600 juta untuk program BOS pemerintah senilai lebih dari US$2 miliar. BOS-KITA juga akan digunakan untuk menyediakan sebagian hibah BOS Pemerintah yang diberikan kepada sekolah dasar dan menengah pertama swasta melalui Departemen Pendidikan Nasional. Program ini mendukung komitmen Pemerintah atas pengelolaan berbasis sekolah dengan memperkuat komite sekolah, terutama dalam perencanaan dan pengawasan pengeluaran BOS.

“Elemen utama keberhasilan BOS-KITA adalah transparansi: rencana tahunan untuk penggunaan dana BOS dan laporan pengeluaran kuartalan akan dipasang secara terbuka pada papan pengumuman sekolah,” ujar Joachim von Amsberg. “Program ini mereplikasi salah satu pelajaran terpenting yang dipelajari dari mekanisme pengembangan masyarakat - tekanan sosial dari masyarakat setempat yang memiliki informasi dapat menjadi pengaruh positif dalam mengurangi korupsi dan penyalahgunaan dana.”

BOS-KITA juga menjadi dasar untuk pendekatan di sektor pendidikan. Dengan bekerja bersama Komisi Eropa dan Pemerintah Belanda, Bank Dunia berupaya untuk mengembangkan kapasitas dalam pengelolaan sistem keuangan dan informasi di tingkat kabupaten dan sekolah di 50 kabupaten untuk memperkuat sistem pendidikan desentralisasi. Bank Dunia juga mendukung Pemerintah dalam mempersiapkan program reformasi pendidikan dasar yang disebut Systems Improvement through Sector Wide Approach (SISWA), yang akan menyediakan hibah berdasarkan kinerja ke kabupaten-kabupaten.

Untuk mempelajari lebih lanjut mengenai dukungan Bank Dunia untuk Indonesia, kunjungi: www.worldbank.org/indonesia


FOSILA BANGKIT

fosila wadah bertemunya alumni Mts negeri I Cibinong yang selama ini sudah terbang meninggalkan Mts Negeri I Cibinong melanjutkan perjuangan hidunya guna mencari Ridho Illahi Robbi.